Rabu, 11 November 2009

"Ancen rejekine sakmono yo". (Memang Rejekinya Segitu)

Kata-kata di judul diambil dari omongan seorang temen yang menjalani wirausaha. Dia mencapai kesimpulan seperti itu karena dari usahanya yang dia besarkan mati-matian, tetapi sejauh ini serasa berjalan di tempat. Teman-temanya yang terakhir menjadi wiraswastawan justru telah menjadi besar, lebih besar daripada usaha yang dia miliki. dia merasa telah menjalankan semua cara untuk bisa besar tetapi rasanya tidak berhasil. akhirnya didalam keputus asaanya dia mengatakan hal tersebut.

Dia Percaya bahwa rejeki itu besarannya sudah diatur oleh tuhan. jadi bagaimanapun dia berusaha, dan membanting tulang dia tidak akan bisa mencurangi garisan rejeki yang sudah seharusnya dia terima. dan memang hal seperti inilah yang selalu terpikirkan saat kita sudah mencapai suatu titik dimana serasa tidak ada jalan lagi yang dapat kita tempuh. disatu sisi berpikiran seperti ini ada baiknya karena saat kita berada di jurang keputusasaan. karena dengan mengambil peran tuhan, seakan itulah hal yang tidak bisa kita usahakan. tapi di satu sisi dengan berpikiran seperti ini dapat membuat kita untuk malas berusaha karena akan membuat berpikiran apapun yang kita lakukan akan percuma selama itu tidak menjadi rejeki kita..

hell, bagaimana kita bakal tau itu rejeki kita atau tidak KALO GAK DICOBA.

Kamis, 05 November 2009

Stumbling On Happines (Chapter 1)

kebahagian adalah salah satu hal yang selalu dikejar dan dicitakan oleh manusia sepanjang hidupnya. Tidak ada habisnya membicarakan mengenai kebahagian, salah satunya ialah Buku dari Daniel Gilbert judulnya Stumbling on happines. Daniel Gilbert mencoba mengupas kebahagiaan dari kacamata psikologi dan bagaimana kebahagian itu bisa dirasakan oleh manusia sebagai subjek.

Saya sudah benar-benar tidak sabar untuk menumpahkan segala isinya ke sini, tetapi karena didalam buku itu benar2 setiap bab mempunyai perspektif berbeda, saya akan mencoba untuk mengupasnya per bab. Dalam tulisan saya kali ini saya akan mengupas chapter 1 dari uku ini.

Didalam bab 1 buku ini Daniel Gilbert coba menjelaskan bagian mana dari otak manusia yang dapat merasakan kebahagiaan. Otak manusia bagian depan atau Lobus Frontalis lah yang merasakan kebahagiaan . Lobus frontalis dipercaya sebagai pembeda antara manusia dan hewan , bahkan menjadi pembeda antara manusia purba dan manusia modern. Dengan adanya bagian otak ini manusia bisa membayangkan apakah akan yang terjadi di masa depan. dan inilah hal yang membedakan manusia dengan hewan , karena "Manusia ialah Hewan Satu-satunya yang berpikir tentang masa mendatang"

Pada Tahun 1930 Seorang Dokter Portugis Bernama Antoanio Ega Moniz menemukan metode untuk menenangkan orang hilang ingatan ( Gila) yang mudah mengamuk dengan merusak bagian Lobus Frontalis nya secara mekanik, dipalu. dengan merusak bagian ini maka orang yang hilang ingatan itu lebih tenang karena kegelisahan mereka hilang dengan sendirinya. terlepas dari etis tidaknya praktek ini. ternyata kegelisahan erat hubungannya dengan bagian otak ini. Juga bisa disimpulkan bahwa kegelisahan yang mendera manusia berasal dari pemikiran tentang masa depan yang akan dihadapi. Dengan merusak ini , fungsi dasar otak manusia yaitu mengatur kerja tubuh dan kecerdasan dasar tidak ada yang berubah. Perbedaanya ialah hilangnya kemampuan untuk membuat perencanaan.

Daniel Gilbert Merasa perlu menjelaskan Fungsi otak ini karena didalam bagian otak inilah manusia melakukan prospeksi terhadap apa yang akan terjadi di masa depan. Prospeksi ke masa depan bisa mendatangkan kepuasaan, dengan berkhayal bahwa kita menjadi apa yang kita inginkan akan membuat kita senang. dan ini adalah hal yang sangat manusiawi. Yang Lebih Unik dari manusia ialah bahwa ketika orang menemukan betapa mudah untuk membayangkan suatu kejadian mereka akan memberi penilaian yang berlebih terhadap kemungkinan bahwa khayalan itu akan sungguh terjadi.

Bayangan kita akan masa depan bukan hanya bayangan sesuatu yang baik saja, kadang kita membayangkan sesuatu yang buruk akan terjadi , dimana bayangan akan sesuatu yang buruk ini kita perlukan
  1. Mengantisipasi Kejadian yang tidak menyenangkan dapat meminimalkan dampak kejadian buruk yang terjadi tersebut.
  2. Rasa takut , cemas, dan khawatir dapat bermanfaat karena dapat menumbuhkan perubahan di diri kita
Prospeksi penting untuk manusia karena dengan prospeksi manusia merasa bisa mengendalikan apa yang terjadi di masa depan. Dengan memiliki kekuasan untuk mengendalikan hidupnya akan mendatangkan kepuasan yang sangat besar. contohnya dalam permainan dadu, jika mereka bertaruh besar mereka ingin melemparkan dadu itu sendiri, seolah-olah dengan melemparkan dadu sendiri mereka bisa mengendalikan dadu tersebut. padahal hal ini merupakan pengendalian ilusi. tetapi terlepas bahwa itu pengendalian yang bersifat ilusi atau tidak itu mempengaruhi manusia yang menjalaninya. Kita bersikeras untuk selalu mengendalikan Perahu kehidupan kita karea kita mengira bahwa kita mempunyai sebuah gagasan bagus sekali tentang arah yang akan kita tuju , padahal sesungguhnya sebagian besar aksi mengemudi kita tidak berhasil -- bukan karena perahu kita tidak menurut dan bukan karena kita tidak mengetahui tempat tujuan kita , melainkan karena masa mendatang pada dasarnya berbeda dari yang tampak oleh kita melalui prospektiskop.
masa mendatang pada dasarnya berbeda dari yang tampak oleh kita melalui prospektiskop
.